Emas kembali turun pada hari Selasa (23/4) setelah mengalami kerugian intraday terbesar dalam hampir dua tahun terakhir, seiring dengan meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah yang menghambat permintaan aset safe haven dan investor memantau sinyal bahwa Federal Reserve tidak akan segera menurunkan suku bunganya.

Kekhawatiran mengenai meningkatnya konflik antara Israel dan Iran memudar pada hari Senin ketika Teheran meremehkan dampak dan pentingnya serangan Tel Aviv baru-baru ini, dengan mengatakan bahwa Israel telah menerima “tanggapan yang diperlukan pada tahap ini.”

Trader kini berfokus pada data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, termasuk ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai arah kebijakan moneter. Para pengambil kebijakan semakin bersikap hawkish terhadap prospek suku bunga dalam beberapa pekan terakhir menyusul serangkaian laporan inflasi yang kuat.

Dengan pasar yang terus mengurangi ekspektasi terhadap pelonggaran moneter tahun ini, logam mulia mungkin terpaksa memperhitungkan prospek lingkungan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sebuah skenario yang biasanya menjadi hambatan bagi emas karena tidak membayar bunga.

Namun, emas batangan telah naik sekitar 12% sepanjang tahun ini, dengan kenaikan yang didukung oleh pembelian bank sentral dan permintaan dari Asia, khususnya Tiongkok. Komoditas ini telah meningkat meskipun ada kenaikan dalam mata uang AS dan imbal hasil Treasury 10-tahun. Pasar juga akan mencermati banyaknya lelang obligasi AS pada minggu ini, yang dapat menguji selera investor.

Harga emas di pasar spot turun 0,9% menjadi $2,307.19 per ounce pada pukul 9:51 pagi waktu Singapura, setelah anjlok 2,7% pada hari Senin. Indeks Bloomberg Dollar Spot datar. Perak menurun, setelah jatuh 5,2% di sesi sebelumnya. Paladium dan platinum turun. (Arl)

Sumber : Bloomberg