Emas melemah karena investor mempertimbangkan apakah pengetatan kondisi keuangan mungkin telah mencapai puncaknya menyusul komentar dovish dari pejabat Federal Reserve, meskipun konflik di Timur Tengah terus mengguncang pasar.

Logam mulia turun sebanyak 0,5% setelah melonjak 1,6% kemarin, ini merupakan yang terbesar sejak bulan Mei, karena permintaan aset safe haven melonjak akibat serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada akhir pekan. Beberapa aksi ambil untung (profit taking) mungkin berada di balik pergerakan lebih rendah pada hari ini.

Namun, emas batangan mendapat dukungan dalam beberapa hari terakhir dari perubahan pola pikir mengenai prospek suku bunga. Para pengambil kebijakan di AS bersatu dalam gagasan bahwa lonjakan imbal hasil Treasury AS baru-baru ini “ yang berbalik pada hari Selasa “ dapat menggantikan kenaikan tambahan suku bunga acuan mereka. Suku bunga yang lebih tinggi umumnya berdampak negatif pada emas yang tidak berbunga.

Kinerja logam ini dalam jangka panjang akan bergantung pada apakah ada dampak ekonomi dan keuangan yang lebih buruk akibat krisis Timur Tengah, kata ahli strategi RBC Capital Markets LLC Christopher Louney dalam sebuah catatan. Bank Sentral pada bulan September menaikkan perkiraan dasar (base case) untuk logam mulia dengan pandangan bahwa kebijakan moneter pada akhirnya akan berubah seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi.

“Di tengah kenaikan harga minyak, kami juga menyoroti potensi implikasi inflasi harga dan meningkatnya ketidakpastian terhadap The Fed dan juga emas,” tulisnya. “Mengingat prospek emas kami saat ini dan pergerakan risiko yang lebih tinggi, kami mungkin sudah melihat titik terendah secara kuartalan.”

Harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi $1,857.05 per ons pada pukul 11:22 di New York.(yds)

Sumber: Bloomberg