Harga Minyak dunia menguat tipis pada Selasa pagi setelah sempat anjlok di awal pekan, di tengah kekhawatiran baru terkait ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta fokus pada permintaan global. Minyak Brent diperdagangkan di atas $63 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) bertahan di kisaran $60 per barel.
Kenaikan harga terjadi setelah Presiden AS Donald Trump melunakkan retorikanya terhadap Tiongkok. Sebelumnya, ia sempat mengancam akan memberlakukan Tarif baru dan pembatasan ekspor, namun kemudian membuka peluang untuk mencapai kesepakatan dengan Beijing. Ketegangan antara dua konsumen Minyak terbesar dunia itu sempat mengguncang Pasar dan menambah ketidakpastian terhadap prospek permintaan energi.
Sementara itu, laporan bulanan OPEC menunjukkan proyeksi pertumbuhan permintaan Minyak global sebesar 1,3 juta barel per hari tahun ini dan 1,4 juta barel per hari pada 2026. Namun, kekhawatiran surplus pasokan tetap membayangi karena aliansi OPEC+ terus meningkatkan produksi, sementara Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan kelebihan pasokan akan mencapai rekor pada tahun depan.
Dari sisi teknikal, sinyal pelemahan mulai terlihat pada struktur harga berjangka. Beberapa kontrak Brent untuk 2026 berbalik ke posisi contango — di mana harga jangka pendek lebih murah dari kontrak jangka panjang — mengindikasikan kekhawatiran atas melimpahnya pasokan. Pada pukul 08.25 pagi waktu Singapura, Minyak Brent untuk pengiriman Desember naik 0,4% menjadi $63,59 per barel, sementara WTI untuk pengiriman November menguat 0,5% ke $59,76 per barel.(asd)
Sumber: newsmaker.id